Ayah, aku tahu, engkau tak semahir Ibu dalam menerjemahkan kasihmu. Aku juga tahu, engkau bukanlah sosok manusia yang maha segalanya. Tapi, seiring usiaku yang terus menua, aku semakin mengerti betapa istimewanya kehadiranmu, bagiku.
Aku sadar, betapa berat beban yang kau emban. Tapi kau selalu hadir dengan gagah, di setiap lekuk perjalanan hidupku. Mungkin, aku tak akan pernah bisa berjalan sejauh ini, jika tetesan-tetesan keringatmu tidak diperas, untukku.
Maafkan aku, yang selama ini sering salah memahami kasihmu. Izinkan aku, untuk terus berkarya dan berproses menuju pribadi yang dibanggakan keluarga, sepertimu.
Komentar
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?