JEEP itu terus melaju. Larut dalam antrian kendaraan yang menyemut. Asep membanting mobilnya belok ke kiri, menghindari keramaian, menuju jalan yang lebih sempit. Di pinggir jalan, berjejer pohon-pohon hijau, bak pasukan paskibraka yang berbaris rapi di lapangan upacara. Asep sangat merindukan tempat ini. Sudah lima belas tahun, dia tak bersua dengan pemandangan yang menemani masa-masa kecil bersama ibunya. Ayahnya sudah meninggal sejak ia masih dalam kandungan. Hanya tinggal ibunya, satu-satunya keluarga yang masih hidup. Sepeninggal ayahnya, Asep tinggal bersama ibunya di gubuk kecil, pojok desa jauh dari keramaian kota. Dan, inilah tujuan yang selalu dipikirkannya dari pagi dan siang melarut menjadi malam.
Berbagi inspirasi, untuk membangun negeri.