Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Sosial Budaya

Pupujian Nabi Urang Sarerea

Pupujian "Nabi Urang Sarerea" sangat akrab di telinga masyarakat Sunda. Pupujian ini biasa dilantunkan bersama saat peringatan maulid Nabi Muhamad saw, diajarkan di pengajian dan madrasah diniyah, dibaca dalam berbagai kegiatan pengajian dan aktivitas keagamaan lainnya. 

Doa Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda selalu diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Dalam peringatan tersebut, selalu ada petugas pembaca doa. Berikut contoh doa Sumpah Pemuda yang dibaca dalam peringatan Sumpah Pemuda.

Mewujudkan Mimpi Pangandaran*

  "Hatiku tertambat di Pangandaran." Demikian kalimat yang meluncur dari seorang wisatawan, saat ditanya mengapa sering berkunjung ke sana. Ungkapan ini seolah mewakili perasaan penulis, yang sedang jatuh cinta pada Pangandaran. Berbicara Pangandaran, tentu bukan hanya tentang Pantai Timur yang indah, Pantai Barat yang memikat, Batu Hiu yang mengundang rindu, Citumang yang menghadirkan rasa tenang, atau Green Canyon yang mampu mengikis penat. Ia bukan hanya sebatas kawasan wisata, yang menjadi candu bagi komunitas manusia modern. Sebagai sebuah kabupaten yang masih baru, Pangandaran telah menjelma menjadi rumah bersama yang siap menghadirkan beragam mimpi, mewujudkan berjuta harapan, merawat beribu kepentingan yang sebelumnya “terabaikan”.

Memohon Hujan, Ini yang Harus Dilakukan

Saat hujan tak turun dalam waktu yang lama, maka kekeringan biasanya melanda. Masyarakat kesulitan mendapatkan air untuk memenuhi kebutuhan. Tanaman banyak yang mati. Sawah mengering. Sungai tak dialiri air. Hal ini diperparah dengan kondisi lingkungan yang sudah banyak dirusak tangan-tangan tak bertanggungjawab. Dalam ajaran Islam, ada beberapa anjuran yang harus dilaksanakan saat dilanda kemarau panjang. Pertama, banyak istigfar dan memohon ampun kepada Allah swt atas segala kesalahan dan kelalaian yang dilakukan. Baik kesalahan terhadap Allah swt, sesame manusia dan alam. Permohonan ampun yang diiringi dengan penyesalan.

Belajar dari Pak Sutopo

Kematian Pak Sutopo menyita perhatian publik. Viral di media sosial, jadi headline di media mainstream. Banyak yang merasa kehilangan. Ungkapan bela sungkawa dan do’a mengalir deras. Posisinya sebagai Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Pusdatinmas) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), membuat sosok Pak Topo sering berhubungan dengan media dan masyarakat. Ia menjadi tokoh paling depan dalam memberikan informasi kebencanaan kepada masyarakat.  Hal lain yang membuat Pak Topo hadir menjadi pusat perhatian, adalah kondisinya yang mengidap kanker tetapi dedikasinya dalam bertugas tak pudar. Dengan kondisi kesehatan yang terus memburuk, ia terlihat tetap tegar dan sigap melaksanakan pengabdian.

ISIS, "Khilafah", dan Indonesia

Islamic State of Iraq and Sham/Syria kini tidak hanya mengancam eksistensi Irak dan Suriah, tetapi dalam batas tertentu mungkin juga Indonesia. Ini terlihat dari beredarnya video Islamic State of Iraq and Sham/Syria (ISIS) di Youtube pasca Idul Fitri lalu di mana seorang Abu Muhammad al-Indonesi dengan berapi-api memprovokasi warga Muslim Indonesia untuk menyertai "jihad" ISIS di Levant (Irak dan Suriah). Dikelilingi beberapa orang berwajah Indonesia bersenjata lengkap, video itu jelas memperlihatkan keterlibatan sejumlah Muslim Indonesia di medan perang ISIS.

Tentang Kema(mp)uan Mendengar

Gambar dari sini Tulisan ini hadir, dilatarbelakangi oleh sebuah diskusi dengan beberapa sahabat penulis, terkait maraknya status pengguna media sosial yang menyiratkan kekecewaan, kritikan bahkan umpatan terhadap kinerja pemerintah atapun wakil rakyat, baik di pusat maupun di daerah. Beberapa sahabat penulis sempat mengungkapkan, bahwa hal tersebut seakan tidak bermakna. Karena pesan yang disampaikan seolah tidak sampai pada pihak yang dikritisi. Ribuan kritikan dalam status bergentayangan, sementara yang dikritik melenggang berlaga tuli.

Menangkap Pesan Hardiknas

Gambar dari sini Tidak terasa, kita sudah (harus) bertemu lagi dengan salah satu hari yang diistimewakan bangsa ini: Hardiknas (Hari Pendidikan Nasional) yang tiap tahun diperingati. Untuk menyambut hari ini, berbagai acara digelar, terutama upacara bendera yang sengaja memasang spanduk bertuliskan “memperingati Hardiknas”. Bahkan, beberapa sekolah sengaja menyuruh siswanya belajar di rumah masing-masing (untuk tidak menyebut diliburkan), karena para guru harus menghadiri rangkaian acara peringatan. Penulis sempat mengerutkan kepala, ketika mengobrol dengan seorang kawan pengajar sebuah sekolah di Tasikmalaya. Dengan santai, penulis bertanya mengenai pentingnya peringatan Hardiknas. Dia menjawab tegas, “Sangat penting”. Lalu, penulis susul dengan pertanyaan mengenai alasan, substansi, serta latar belakang acara tersebut. Menurutnya, Hardiknas ya Hardiknas. Lebih jauh ia menjelaskan, bahwa peringatan Hardiknas adalah semacam ritual yang “wajib” dilaksanakan oleh setiap warga ...

Pemilih Tak Terbeli

“ Pami aya nu ngageleser kana genggerong we, bade dicoblos .” Demikian jawaban seorang kawan saya, saat ditanya soal pilihannya pada pemilu mendatang. Imbalan untuk menjatuhkan legitimasi politik melalui “memilih”, direduksi menjadi sebatas hitung-hitungan keuntungan materi sesaat.   Setidaknya, inilah potret dari sebagian wajah demos bangsa kita, hari ini. Hemat saya, persoalan demikian tidak kalah mengkhawatirkan dibanding meningginya angka golput. Tidak banyak yang bisa diharapkan dari proses demokrasi seperti ini, kecuali menjamurnya para penjarah kekayaan negara yang berlindung di balik kekuasaan. Mereka yang kalau beruntung selamat sampai tujuan. Sedangkan kalau sedang “sial”, harus mendekam di dalam kamar pesakitan. 

Arsenal Menang (Lagi): Antara Virtu dan Fortuna

Gambar dari sini Pekan ke-10 Liga Primer Inggris, memaksa Arsenal harus bersaing ketat dengan dua pesaing terdekatnya, Liverpool dan   Chelsea. Posisi Arsenal di puncak klasemen dengan perolehan poin 22, sangat memungkinkan untuk dikudeta dua klub di bawahnya, yang sama-sama mengantongi 20 poin. Panasnya persaingan semakin menarik untuk disaksikan. Tim berjuluk gudang peluru muda, Arsenal, yang sedang berjuang keras mempertahankan singgasana, harus bertemu langsung dengan Liverpool, yang sangat berambisi mengambil alih posisi. Sementara Chelsea, yang sama-sama memiliki kans untuk mengudeta Arsenal, seolah lebih diuntungkan. Karena, tim yang sekota dengan Arsenal ini, hanya akan menjajal tim yang dipandang lebih lemah dari beberapa aspek dalam sepak bola, Newcastle United.

Sumpah Pemuda: Sejarah, Teks dan Pelajaran Penting di Dalamnya

Tanggal 28 Oktober senantiasa diistimewakan bangsa kita. Karena dibalik tanggal ini, bertengger kisah ikrar kaum muda bangsa kita, yang kemudian dikenal   dengan sebutan Sumpah Pemuda. K isah yang diakui sejumlah pihak, mampu mengabarkan pelajaran tak terukur . Sebuah kisah yang menjadi terlalu sederhana jika sekadar diperingati.

Tasikmalaya, Kota Pesantren?

Muat di Kabar Priangan edisi 8 Oktober 2013 Karena Nira Setitik, Rusak Susu Sebelanga Penulis terhenyak, ketika membaca headline berita Kabar Priangan edisi 5 Oktober 2013, beberapa hari yang lalu. Yakni, berita mengenai direnggutnya kehormatan seorang gadis 14 tahun, oleh tujuh orang pria yang masih remaja di Tasikmalaya. Hal ini seolah menjadi tamparan hebat bagi kita semua, khususnya warga Tasikmalaya.

Perselingkuhan

Gambar dari sini Hampir tiap pagi, enam hari dalam seminggu aku memecah dingin. Berpacu dengan waktu sambil bercengkrama dengan Si Jagur: motor tua keluaran tahun 2000-an silam. Jaket sedikit usang jadi sahabat sejati, karena hanya itu pahlawanku dari gerogotan dinginnya hawa pagi. Si Jagur dan jaket yang aku kenakan, jadi penawar mimpi-mimpi aneh yang kerap hinggap. Ah , aku gak terlalu persoalkan cibiran orang: soal gayaku yang norak ini. Soal motorku yang murahan. Yang ada di benakku, hanya sampai tepat waktu.

Tasikmalaya Memikat

     Rasanya, tidak akan cukup kata untuk membicarakan Tasikmalaya. Terlalu banyak, ya terlalu banyak sisi yang layak dibanggakan. Terlalu banyak hal yang layak dipertahankan. Terlalu banyak alasan untuk mencintainya; selalu mencintainya.      Tasikmalaya. Sebuah nama yang akan senantiasa terukir kuat di lubuk hati. Kota yang telah menyimpan sejuta kenangan, dan mampu menjanjikan berjuta harapan.      Bukan hanya soal warganya yang teramat ramah, tapi juga beragam destinasi wisatanya, kekayaan budayanya, “seribu” pesantrennya, banyaknya peluang usaha, keindahan alamnya, dan segudang alasan lain yang membuatku selalu mencintainya. Bukan. Bukan hanya karena ia kampung halaman. Tapi karena ia luar biasa.

Mengenal Kampung Naga

Jika kita mau jujur, maka tidak akan mengelak, kalau hari ini, bangsa kita masih disebut bergelimang persoalan. Namun, seberat apa pun persoalan yang dihadapi bangsa ini, saya masih yakin, bahwa kita belum putus asa, dan akan senantiasa bersemangat untuk bangkit. Buktinya, masih banyak dari berbagai elemen bangsa ini, yang terus berjuang untuk menggapai kemajuan. Tidak sedikit dari saudara kita mampu berbicara di level dunia internasional. Sehingga, berbagai macam solusi sering lahir dari buah pemikiran mereka. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman, aneka pembaharuan pun dilakukan. Yang mana, jika ditelaah, ternyata tujuannya sama: untuk perbaikan. Kendati demikian, hemat saya, untuk mengejar kemajuan dan perbaikan, tidak lantas harus melupakan kearifan lokal kita sendiri. Karena, masih banyak nilai-nilai yang bisa dikuak dari aneka ragam kearifan bangsa ini.

Ujian Nasional dan Semangat Kejujuran

"Sebesar apa pun tuntutan akan tingkat kelulusan, jangan sampai mengotori nilai-nilai ideal pendidikan..." Ujian Nasional (UN) senantiasa menarik untuk diperbincangkan. Hampir semua elemen masyarakat, ikut tersita perhatiannya oleh salah satu hajat tahunan Pendidikan Nasional kita ini. Baik mereka yang langsung berkecimpung dalam dunia pendidikan, maupun mereka yang hanya memposisikan diri sebagai pengamat, senantiasa larut dalam pembicaraan rutinitas ini beserta segala sisinya. Setiap menjelang bulan Maret-April, Ujian Nasional digelar. Beragam persiapan dilaksanakan. Panitia Penyelenggara, baik dari tingkat satuan pendidikan (Sekolah/Madrasah/Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat/dan sebagainya) sampai Panitia di Pemerintah Pusat, sudah demikian sibuk   menyiapkan segalanya. 

PILKADA; Rutinitas Tak Berbekas?

Mungkin mereka benar, bahwa siapa pun yang menang, kami tetap seperti ini. Ungkapan buruh tani sulit dibantah, bahwa siapa pun yang terpilih, mereka masih tetap buruh. Keluhan Pak Tani ada benarnya, bahwa siapa pun yang naik singgasana, dia tetap merana;   pupuk mahal, harga gabah menengadah. Demikian halnya dengan ujaran tukang ojek, bahwa wajah sumringah pemenang, tak akan banyak berdampak.   Halah, memang beginilah adanya. Mereka sering bilang, "kami tak mau sakit hati dengan banyak harapan. Cukup sudah, kami terbuai oleh janji-janji tak berbukti. Cukup sudah, kami tak mau dijadikan tumbal, lagi. Ini bukan pesimis, tapi realistis!"

El Classico Berakhir Imbang

Real Madrid nyaris dipermalukan rival abadinya Barcelona pada laga semi final leg pertama Copa del Rey, Kamis (31/1) dini hari. Meski pada akhirnya kedua tim bermain imbang 1-1. Los Blancos harus tertinggal lebih dulu lewat gol Cesc Fabregas di menit ke-50. Akan tetapi, skuat Jose Mourinho mampu menyamakan kedudukan di menit ke-83 lewat bek muda Raphael Varane.

Arsenal-Liverpool Harus Puas Berakhir Imbang

London - Arsenal dan Liverpool harus puas berbagi angka. Liverpool sempat unggul dua gol sebelum dikejar Arsenal untuk mengakhiri pertandingan dengan hasil imbang 2-2. Satu angka yang diperoleh sama-sama tidak mengubah posisi kedua tim di papan klasemen sementara. Arsenal tetap di peringkat enam dengan 38 poin sedangkan Liverpool tepat di bawahnya dengan 35 poin.

Korupsi dan Kentut

SUDAH menjadi kesadaran bersama. Bahwa, korupsi merupakan kejahatan berat dan kejam. Ia lebih kejam dari teroris. Ia berdampak sistemik dan sangat berbahaya. Namun sayang, kesadaran akan bahaya korupsi tidak mengantarkan bangsa kita bebas dari korupsi. Semakin hari, korupsi semakin menjadi. Semakin gencar usaha pemberantasan, koruptor malah semakin pintar.