Setiap orang memiliki beragam pertanyaan dalam hidupnya. Pertanyaan untuk
kejadian yang sudah dialami, atau yang dianggap akan terjadi dalam kehidupannya.
Pertanyaan tentang masa lalu, atau masa depan. Pertanyaan yang terasa membantu,
juga yang mengganggu dan menyudutkan. Jangan-jangan, hidup ini merupakan usaha
yang tak pernah selesai, untuk menghadirkan sekaligus menjawab
pertanyaan-pertanyaan(?).
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itulah, yang kelak berpengaruh terhadap
hidup ini. Ada jawaban yang menganugerahkan perasaan puas dan lega. Ada jawaban
yang membuat seseorang terperosok dalam kubangan pesakitan. Atau bahkan, seseorang
malah terus diliputi penasaran yang tiada tara, karena sama sekali tidak pernah
menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam hidupnya.
Seseorang sering tiba-tiba bahagia, lalu dalam sekejap merasa jadi manusia paling bersedih di dunia. Dalam menit sekian merasa paling beruntung, tetapi dalam hitungan menit berikutnya justru merasa jadi makhluk paling merugi. Sadar atau tidak, berbagai perasaan itu berkaitan erat dengan pertanyaan yang muncul dan jawabannya yang dihadirkan.
Tentu saja, mereka yang memiliki kesempatan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut dengan tepat, menjadi manusia yang sangat beruntung dan bahagia.
Karena terkadang, jawaban dari pertanyaan itu, adalah rahasia-rahasia yang
luput dari tatapan kasat mata, atau justru kejadian yang hadir di depan mata
tetapi sengaja dibiarkan berlalu dari perhatian.
Tere Liye, dalam novel Rembulan Tenggelam Di Wajahmu, membantu pembaca
untuk memilih jalan yang benar, dalam mencari jawaban dari berbagai pertanyaan
kehidupan. Ia mengajak pembaca untuk senantiasa bijak dalam memandang hidup dan
berhenti mengutuk langit. Kita diajak memilih sudut pandang yang lebih membahagiakan.
Mengubah banyak hal yang dianggap rumit dan menyakitkan, menjadi indah dan
menyenangkan dalam bingkai kesederhanaan.
Novel ini mengisahkan tokoh Rehan Raujana atau yang lebih dikenal dengan panggilan Ray. Ia memiliki kesempatan untuk mengenang masa lalu, menjawab lima pertanyaan penting
dalam hidupnya dan menyimak kejadian-kejadian besar yang luput dari
perhatiannya. Itulah yang membuat Ray, menjadi salah satu manusia paling
beruntung. Ia bisa memahami hidupnya lebih utuh dan lebih bijak. Menghapus
penilaian-penilaian “buruk” terhadap garis takdir hidupnya, yang selama ini ia
tulis dengan dasar “kesalahan dan keterbatasannya” dalam memahami takdir dan
menyingkap rahasia kehidupan.
Setelah “dibantu” hadir dalam masa lalu dan menyingkap berbagai kejadian
selama perjalanan enam puluh tahun, Ray baru mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan
besar yang sering menghantuinya. Ia akhirnya mengerti, Apa yang dimaksud cinta? Apakah hidup ini adil?
Apakah kaya adalah segalanya? Apakah kita memiliki pilihan dalam hidup? Apa
makna dari kehilangan?.
Ray harus dibesarkan di sebuah panti yang tidak manusiawi, karena ayah dan
ibunya hangus dibakar beserta segala mimpi dan kebahagiaan keluarganya, oleh
seseorang yang kelak mengorbankan diri demi Ray. Sebuah pengorbanan yang
mengantarkan Ray bisa menikmati dan memiliki segala capaian yang tak pernah
dibayangkan sebelumnya. Capaian yang –tentu saja tidak mengabadi- mengharuskan
orang yang menjadi otak pembakaran orang tua Ray, memberikan seluruh hartanya
untuk Ray. Tentu saja, Ray tidak mengetahui semua rahasia itu, sama halnya
dengan ketidaktahuannya akan kesalahannya yang (tidak sengaja) telah membuat
seorang anak kecil bernama Rinai, kehilangan keluarga seperti dirinya, lalu
menghabiskan masa kecil di panti.
Ah, ternyata benar. Hidup ini adalah serangkaian sebab akibat. Keberadaan
kita -sadar atau tidak, kadang menjadi sebab lahirnya kondisi baik (atau
dianggap buruk) pihak lain. Demikian halnya, orang lain kerap menjadi sebab
akan kondisi baik kita. Apa yang kita lakukan di detik, menit, jam dan hari
ini, mungkin saja menjadi sebab akan kondisi kita, keluarga, teman bahkan orang
yang belum kita kenal, di kemudian hari. Rasanya, tak pantas untuk menyalahkan
diri sendiri, menyalahkan langit atau pihak manapun, ketika kondisi (yang
dianggap) buruk menimpa kita. Semuanya telah memiliki garis takdir
masing-masing. Dan, kalau kita mampu mengungkap rahasianya, ternyata kondisi
tersebut merupakan paling baik dari kondisi lainnya, yang sebetulnya sangat
mungkin terjadi.
Dengan gaya bertutur yang ringan, penulis mengajak kita untuk mengikuti Ray
yang sedang melompat-lompat hadir dalam masa lalunya. Kita dibuat tersenyum
bahagia, lalu menangis tersedu. Berbunga-bunga menyaksikan kebahagiaan yang
tinggal satu langkah lagi, tapi harus menghela nafas panjang karena kebahagiaan
itu batal oleh kejadian yang menyakitkan. Hadir dalam hingar bingar
keberhasilan, juga pedihnya kubangan kegagalan. Ikut merasakan manisnya cinta,
juga memahami “indahnya” kehilangan.
Judul Buku : REMBULAN
TENGGELAM DI WAJAHMU
Penulis : TERE LIYE
Tahun Terbit : 2009
Penerbit : REPUBLIKA Cetakan : Desember 2014
Komentar
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?