Air mata sangat sulit dibendung, saat Mamah dan Bapak "melepasku", untuk melaksanakan salah satu titah Tuhan: membangun rumah tangga. Kesedihan kian menjadi, saat do'a-do'a dan amanat mereka terucap dengan terbata diselingi isak tangis. Ketulusan begitu terasa, menjadi nafas dari setiap do'a dan pengharapan yang mereka lantunkan untuk putra satu-satunya ini.
Pertahananku jebol. Air mata mengalir deras. Teringat berbagai macam salah dan khilaf yang telah kuperbuat. Baktiku bagai tetesan air di tengah lautan kasih dan jasa mereka selama ini. Sempat tersirat, untuk batalkan langkah ini, lalu kembali menjadi seratus persen putra mereka, tanpa embel-embel sebagai "suami" orang.
Tapi itu tak lama. Aku cepat tersadar, bahwa wanita yang akan kunikahi adalah kamu. Sosok yang selama ini sudah mampu meyakinkanku, meyakinkan mereka. Aku telah yakin, bahwa bersamamu jalan bakti kita pada orang tua akan lebih mudah. Orang tua kita lebih lengkap sekarang: dua ibu, dua ayah. Jangan kecewakan mereka.
Komentar
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?