Kematian Pak Sutopo menyita perhatian publik. Viral di media sosial, jadi headline di media mainstream. Banyak yang merasa kehilangan. Ungkapan bela sungkawa dan do’a mengalir deras.
Posisinya sebagai Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Pusdatinmas) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), membuat sosok Pak Topo sering berhubungan dengan media dan masyarakat. Ia menjadi tokoh paling depan dalam memberikan informasi kebencanaan kepada masyarakat.
Hal lain yang membuat Pak Topo hadir menjadi pusat perhatian, adalah kondisinya yang mengidap kanker tetapi dedikasinya dalam bertugas tak pudar. Dengan kondisi kesehatan yang terus memburuk, ia terlihat tetap tegar dan sigap melaksanakan pengabdian.
Dari Pak Topo, kita bisa belajar, bahwa dalam kondisi apa pun hidup harus terus dijalani dengan penuh semangat dan ketulusan. Bahkan, saat jadwal kematian seolah sudah di depan mata.
Memang, penyakit dan kematian kerap datang tak direncanakan. Ia muncul dengan tiba-tiba, dan sering dianggap sebagai ancaman serius bagi ketercapaian berbagai rencana kehidupan yang dibuat manusia. Pendidikan tinggi, keharmonisan keluarga, keberlimpahan harta dan manisnya kekuasaan, tak akan sempurna saat sudah dihinggapi penyakit. Sementara kematian, menjadi akhir dari berbagai kenikmatan dunia. Penyakit dan kematian merupakan penanda, bahwa segala kekuatan dan kesempurnaan yang dimiliki manusia ada batasnya.
Nabi Muhamad saw pernah mengingatkan, kita harus menggunakan nikmat sehat dengan baik sebelum penyakit datang, memanfaatkan kesempatan hidup sebelum dijemput kematian.
Penyakit dan kematian jadi salah satu ujian yang diciptakan Tuhan, untuk menilai manusia dalam berbuat kebaikan. Pada tahap ini, kita patut tersadarkan, bahwa penyakit bukanlah akhir dari segalanya. Semangat juang untuk terus berbuat baik harus terus berkobar, meskipun digerogoti rasa sakit dan diintai kematian. Ini yang terlihat dari sosok Pak Topo.
Beginilah kehidupan manusia. Fasenya sudah jelas. Kita terlahir, dewasa, berkarya lalu dijemput kematian. Tugas kita hanya melakukan pengabdian pada Sang Pencipta dengan sebaik-baiknya, meski harus menelusuri jalan yang berbeda-beda. Apa pun peran yang sedang kita jalani, hakikatnya sedang melaksanakan tugas pengabdian kepada Tuhan.
Dari Pak Topo, kita bisa belajar, bahwa dalam kondisi apa pun hidup harus terus dijalani dengan penuh semangat dan ketulusan. Bahkan, saat jadwal kematian seolah sudah di depan mata. Selamat jalan, Pak Sutopo Purwo Nugroho. Semoga segala amal baik diterima dan segala kesalahan diampuni.
Komentar
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?