Jagat media sosial ramai membicarakan seorang Youtuber yang sedang viral. Ya, iya adalah Fiki Naki. Videonya ditonton jutaan orang. Tentu saja, ia jadi populer, banyak peluang dan menghasilkan uang berlimpah. Intinya, hidupnya berubah.
Podcast Deddy Corbuzier dengannya, sempat jadi trending pertama di Youtube. Obrolan mereka menarik. Keahlian Fiki dalam menggunakan banyak bahasa sungguh mencengangkan. Padahal, hanya dipelajari dengan otodidak melalui Youtube. Ia bukan lahir dari orang kaya. “Rumah orang tua saya masih ngontrak”, demikian penjelasan Fiki untuk memastikan bahwa keluarganya bukan kelas ekonomi atas.
Kejadian ini menarik untuk dipelajari. Setidaknya, ada beberapa nilai yang patut mulai kita renungkan, atau paling tidak kita pikirkan ulang.
Pertama, tentang pentingnya motivasi belajar. Ini sangat penting. Saat podcast dengan Dedy, Fiki sering menyampaikan bahwa motivasi dalam belajar mandiri yang ia lakukan, adalah cinta. Ia memiliki kesenangan terhadap bahasa, maka bersedia melakukan apa pun dengan penuh antusias. Ia susun target sendiri, lalu berjuang meraihnya.
Mari, belajar dengan cinta. Cintai pelajarannya, cintai prosesnya, lalu rasakan keajaibannya. Cinta itu dorongan dari dalam.
Teman luar negeri yang mengajak berkomunikasi dengan banyak bahasa, bisa menjadi pemicu belajar yang lain. Mau tidak mau, ia harus memilih belajar. Ini dorongan dari luar. Perpaduan keduanya, membuat Fiki menikmati aktivitas belajar yang ia lakukan.
Kedua, tentang fokus. Fiki fokus belajar bahasa, lalu ia pelajari dengan penuh cinta, maka hasilnya langsung terasa. Sedikit banyak, ini jadi pelajaran bagi persekolahan kita, yang sudah lama dikritik orang, karena terlalu banyak macam pelajaran yang harus dikuasai seluruh anak, pada waktu yang sama.
Ketiga, tersedianya ruang belajar yang tak terbatas. Hari ini, apa pun bisa kita pelajari dengan mudah. Peluangnya sangat banyak. Fasilitas belajar dengan berbagai bentuk melimpah ruah.
Kini, internet jadi salah satu rimba yang menyediakan apa pun yang kita inginkan. Tinggal pilih, lalu manfaatkan dengan baik.
Sekolah dan lembaga pendidikan lainnya, tak lagi menjadi satu-satunya tempat belajar. Ia tidak sedigdaya dulu yang mampu memonopoli pengetahuan. Apalagi saat pandemi, semua orang bisa belajar apa pun, kapan pun dan di mana pun. Tentu, ada hal-hal yang tak bisa tergantikan dari persekolahan. Tapi, Fiki telah membuktikan bahwa internet, dalam hal ini salah satunya Youtube, telah menyediakan ruang belajar yang menakjubkan. Jika digunakan dengan bijak, hasilnya telah terbukti.
Memang, belajar di internet berbeda dengan di ruang konvensional. Ada trik tersendiri, agar hasilnya baik dan tak terjerumus dalam kesesatan belajar. Internet ibarat rimba alam raya yang menyediakan segalanya. Banyak orang berkumpul di sana. Segala macam perilaku hadir di sana. Dari yang terbaik sampai yang terburuk. Butuh kearifan yang tidak sedikit. Orang menyebutnya, berinternet sehat.
Keempat, tentang membaca peluang. Saat pandemi melanda dunia, banyak orang yang terpukul kesulitan ekonomi dan kehilangan pekerjaan. Tetapi, pada saat yang sama banyak orang yang justru mendulang keberuntungan, dalam konotasi positif. Salah satunya Fiki Naki. Ia mendapatkan rezeki berlimpah dari sesuatu yang dianggap remeh oleh banyak orang, bahkan cenderung dipandang sebelah mata.
Aplikasi yang hanya digunakan banyak orang untuk melakukan kegiatan tak bermanfaat, justru menjadi sumber rezeki bagi Fiki. Ia membangun banyak relasi yang tak terbatas. Berkenalan dengan banyak manusia di berbagai penjuru dunia. Menembus batas batas konvensial. Dan tentu saja ia jadi populer dan banyak uang. Sesuatu yang diidamkan banyak orang selama ini, bahkan oleh mereka yang sampai menghalalkan segala cara.
Dari sini kita bisa belajar untuk lebih jeli menangkap peluang. Di rimba maya, peluang sangat bertebaran dalam bebagai bentuk. Banyak orang yang mendapatkan apa pun di sana. Jadi kaya raya, jadi cerdas, jadi bahagia, jadi berkuasa, jadi banyak pengikut dan seterusnya. Tentu ada banyak hal di dunia nyata yang tak tergantikan, tapi bukankah kejadian Fiki semakin membukakan mata kita untuk mulai menjamah rimba maya. Jangan biarkan peluang ini diisi oleh mereka yang tak bertanggungjawab.
Kelima, tentang pilihan karir. Hari ini, banyak orang mulai tersadarkan, bahwa pilihan karir sudah berubah drastis. Ke depan, mungkin orang yang bercita-cita dengan profesi konvensional akan semakin langka. Bukankah, berbagai profesi sudah banyak yang mulai hilang dari peradaban, dan sisanya akan segera menyusul?
Sebentar lagi, para orang tua tidak akan mendorong-dorong anaknya untuk menjadi PNS atau karyawan perusahaan misalnya. Karena profesi ini tidak lagi menjadi primadona. Bagaimana tidak, berbagai pilihan karir yang baru, telah mampu menjanjikan kompensasi yang jauh lebih banyak dibandingkan profesi jadul.
Pada era ini, banyak orang yang tidak mau lagi menggadaikan waktu dan kebebasannya untuk bekerja pada orang lain, hanya untuk mendapatkan uang yang tak seberapa. Karena dengan modal kreatifitas, mereka sudah mampu mendapatkan segalanya: kebebasan, waktu, popularitas, bahkan uang yang berlimpah.
Terimakasih Fiki Naki, sudah membuat kami banyak belajar.
Komentar
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?