Lolos Seleksi Peserta PPG, Susah?
Tulisan ini bukan tulisan serius, yang berat seperti tugas-tugas PPG, hehe. Ini hanya sebuah catatan yang mungkin tak penting, dari seorang peserta PPG Tahun 2021.
Terlepas dari hasil akhir yang telah dinyatakan “lulus UKMPPG” tahun ini (baca:2021), pada tulisan ini saya ingin bercerita mengenai perjalanan selama PPG. Proses PPG. Banyak diantara kita yang fokus pada hasil akhir, dan melupakan proses yang telah ditempuh. Padahal, tak akan ada hasil tanpa proses. Bukankah kita sering mendengar, bahwa hasil sangat jarang mengkhianati proses.
Cerita ini berawal dari kegelisahan saya sebagai guru agama, yang cenderung susah mengikuti PPG (Pendidikan Profesi Guru). Mungkin, dalam konteks ini, saya bisa dibilang “ketinggalan kereta”. Hampir 90% teman sejawat yang diangkat CPNS tahun 2015 sudah dilantik jadi guru. Sementara saya masih “digantung”. Padahal, pengabdian menjadi guru sudah dimulai sejak 2009. Tanpa serdik, sulit mengurus naik pangkat dan tentu saja tak berhak mendapat tunjangan profesi. Intinya, belum dianggap sebagai guru (professional). Bukankah teman-teman guru agama yang lain juga begini?
Hingga tahun 2018, banyak yang berpikir, bahwa kesempatan untuk sekadar jadi peserta PPG, bagi guru agama merupakan kesempatan langka. Antriannya panjang, sementara kuota terbatas.
Tahun 2018 ada seleksi peserta PPG. Tetapi terpental, antrian baru dibuka bagi mereka yang mengabdi sejak 2005. Mungkin bisa melakukan manipulasi data, Alhamdulillah saya diselamatkan Tuhan dari perbuatan culas tersebut.
Tahun 2019 pintu seleksi kembali terbuka. Kesempatannya terasa lebih berpihak, karena dibuka bagi para guru yang mengabdi sejak 2015. Persyaratan dikumpulkan. Persiapan dilakukan sebaik mungkin. Saya percaya, bahwa persiapan yang matang merupakan syarat utama keberhasilan. Kegagalan dimulai dari kesalahan dalam persiapan.
Persiapan dibagi tiga. Pertama, kesiapan teknis. Dimulai dari kelengkapan berkas, pengisian aplikasi persyaratan dan kesiapan fisik-mental. Kedua, kesiapan kompetensi yang diujikan. Mencari kisi-kisi ujian, untuk dijadikan rambu dalam melakukan persiapan. Menggali berbagai informasi yang dibutuhkan sesuai kisi-kisi. Ketiga, adalah do’a. Saya percaya pada keajaiban do’a. Baik do’a sendiri. Pun demikian do’a dari orang lain, terutama orang tua dan guru.
Waktu ujian (seleksi akademik) pun tiba. Saya pamit pada istri, istri pamit pada saya, kami saling berpamitan untuk sama-sama melakukan seleksi di tempat berbeda. Oh ya, bagi yang belum tahu kisah kami, boleh mengunjungi beberapa tulisan tentang cerita yang lain kehidupan kami di blog ini.
Selepas tes, hasilnya belum diketahui. Kami harus menunggu beberapa bulan untuk menuntaskan rasa penasaran. Aduhai bahagianya, ternyata kami lolos passing grade. Saya mendapatkan nilai tak terlalu mengecewakan: 80.
Takdir tak bisa dihindari. Pandemi melanda. Pelaksanaan PPG pun ditunda. Dari seleksi 2019, Kemenag baru bisa melaksanakan PPG tahun 2021. Saya masuk angkatan 2, karena angkatan 1 khusus bagi mereka yang mengikuti seleksi tahun 2018.
Kisah Kasih Proses PPG
Pengumuman pun tiba. Kemenag merilis data peserta yang berhak mengikuti PPG tahun 2021. Saya download pengumuman. Dan, Alhamdulillah ada nama saya di sana. Betul, saya jadi peserta PPG 2021 di LPTK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Pandemi belum berakhir. PPG harus dilaksanakan secara daring (dalam jaringan). Berbagai tahapannya dilaksanakan dengan jarak jauh. Saya belum pernah berkunjung secara langsung ke UIN Malang, yang menjadi almamater baru ini.
Tahap awal, saya harus lapor diri dan melengkapi persyaratan LPTK. Berkas disiapkan. Lalu dikumpulkan dengan dua cara. Pertama, berkas fisik yang dikirim melalui jasa ekspedisi. Kedua, berkas digital yang diunggah melalui laman khusus memanfa’atkan kecanggihan teknologi informasi. Dalam tahap ini, ketelitian sangat dibutuhkan. Tak boleh salah kirim atau salah unggah. Bisa tak lolos seleksi, minimal mengulang pemberkasan.
Singkat cerita, saya dinyatakan lulus seleksi administrasi LPTK. Tibalah saatnya orientasi mahasiswa, tanggal 22 Agustus 2021. Saya berjumpa secara online dengan beberapa tokoh Prodi PPG LPTK UIN Maliki Malang yang luar biasa. Ada Pak Rektor, Pak Kaprodi, Pak Sekprodi, beberapa dosen dan admin PPG UIN Malang yang kelak sering berjumpa dengannya dan menjadi tokoh paling populer: Pak Galih.
Setelah itu, kami berkumpul dengan teman sekelas. Kelas PAI 4. Tentu saja sebatas kelas maya. Kami belum pernah bertatap muka secara langsung. Sebanyak lima belas orang mahasiswa dikumpulkan dalam sebuah grup whats app. Seorang dari Sukabumi, dua orang dari Garut dan dua belas orang dari Pangandaran. Dalam grup inilah kami bercengkrama, berbagi informasi dan bercanda. Dipandu seorang admin dari LPTK.
Lima belas orang dengan berbagai karakter dan latar belakang yang berbeda dikumpulkan. Tentu ada dinamika. Tetapi, secara umum bisa dipersatukan dengan baik, ciyee. Tanpa disengaja, saya “didorong” jadi ketua kelas. Ah, ketua kelas yang hanya pandai berwacana. Sangat lemah dalam mengeksekusi. Mohon maaf, teman-teman.
Pola daring memberikan pengalaman tersendiri. Kami lebih akrab dengan perangkat teknologi. Kecakapan berkomunikasi jarak jauh terus diasah. Bahan dan sumber belajar semuanya berbentuk digital. Pertemuan hanya bersifat maya, tak bisa saling sentuh. Unduh dan unggah jadi makanan sehari-hari. Banyak aplikasi baru yang akhirnya “terpaksa” dikuasai. Ubah, edit dan kompres file pdf sudah jadi cemilan. Diselingi edit dan unggah tugas berbentuk video. Kami betul-betul menyelami dunia revolusi industry 4.0. Internet of thing bukan lagi hanya wacana.
Puluhan modul digital kami lahap. Puluhan resume kami susun dan unggah di LMS. Tugas-tugas kami selesaikan meski kadang dengan tergopoh. Ratusan soal kami taklukan. Setiap hari dalam tiga bulan, ada tagihan yang harus disetorkan.
Kami harus memantau LMS dan percakapan di whatsapp-telegram sesering mungkin. Grup resmi, sengaja kami pin, agar selalu muncul di atas. Mengecek tugas dan nilai. Jika jam 10 malam nilai belum muncul, kami konfirmasi kesana dan kemari. Menghubungi admin kelas, admin LMS atau bapak/ibu dosen. Tak jarang, jam 12 malam kami masih berkomunikasi. Yang penting kami tak menelepon. “Menelepon dosen adalah salah satu larangan”, demikian pesan Pak Galih saat pembekalan.
Dalam beberapa aspek, kami mendapat kemudahan dibanding PPG Konvensional. Tak meninggalkan keluarga secara fisik dan tak ada biaya akomodasi tambahan.
Tapi tunggu dulu. Ini bukan berarti tanpa drama dan kesulitan. Pola daring membutuhkan infrastruktur komunikasi yang baik. Jaringan internet harus bagus, dengan bandwith yang tinggi. Saya tinggal di daerah yang kualitas signalnya buruk. Sehingga, selama PPG saya mengontrak rumah di daerah yang signalnya bagus. Tinggal di kontrakan dari jam 5 pagi hingga jam 10 malam. Kondisi yang tak mudah, tapi bisa ditaklukan dengan tekad yang kuat.
UKMPPG, Ujian Hidup yang Tak Mudah
Ujian ada dua macam. Uji kinerja dan uji pengetahuan. Uji kinerja terdiri dari dokumen perencanaan, video praktik mengajar dan dokumen portofolio selama dua tahun terakhir. Portofolio terdiri dari unsur pengembangan diri, yakni penelitian & pulikasi, refleksi diri, pencarian informasi baru, karya inovasi, prestasi dan pengabdian. Sementara uji pengetahuan, adalah ujian menjawab 120 soal dalam 180 menit secara daring. Soal berisi kepribadian, kompetensi profesional dan pedagogik.
Saat mengikuti Uji Pengetahuan UKMPG, ada arahan dari panitia agar berada di lokasi yang memiliki jaringan bagus dan aman dari pemadaman listrik. Alamak, listrik di daerah kami sangat akrab dengan pemadaman, lebih tepatnya padam. Saya tak mau gagal hanya karena persoalan teknis. Berdiskusi dengan teman-teman sekelas untuk menyewa hotel di kawasan Pantai Pangandaran. Konon, di sana aman dari yang namanya pemadaman listrik. Betapa kagetnya, ternyata hotel-hotel sudah penuh. Dipesan orang kota sejak jauh-jauh hari, karena akhir pekan beberapa hari menjelang PPKM. Mungkin mereka akan berlibur lebih awal, sebelum terbit pelarangan.
Saya tak menyerah begitu saja. Menghubungi berbagai relasi yang dimiliki. Tapi sayang tak menemukan yang cocok. Akhirnya, ditawari istri ke pusat kota Tasikmalaya. Sekitar 100 km dari tempat tinggal kami. Kami browsing di mesin pencari, di sana banyak hotel murah dan aman pemadaman listrik.
Sehari menjelang UP, kami bersama kedua balita berangkat ke kota Tasik. Sampai di kota jam 9 malam. Mencoba buka-buka aplikasi penyedia layanan perjalanan dan hotel. Sayang, di sini pun nyaris semua penuh, kecuali hotel yang harganya tak terjangkau dompet kami. Sambil sempoyongan, kami jalan. Oh, nikmat Tuhan mana lagi yang didustakan. Kami menemukan tempat yang lumayan strtagis dengan harga aman di kantong. Saya siap mengikuti UP. Alhamdulillah.
Tentu saja, menghadapi UP tak boleh main-main. Harus dipersiapkan dengan matang sejak jauh-jauh hari. Saya percaya, bahwa saat pelaksanaan, bukan waktunya berjuang lagi. Tetapi saatnya menikmati buah perjuangan yang dilakukan sudah lama.
Secara umum, persiapan tak jauh berbeda. Yakni siap teknis, fisik, mental, konten yang akan diujikan dan spiritual. Menghadapi ujian butuh kepercayaan diri yang bagus. Dan percaya diri akan hadir, jika kita tahu bahwa kita sudah tepat dan sempurna dalam melakukan persiapan.
Ujian pun tiba. Aplikasi dibuka. Seratus dua puluh soal tampak dengan jelas di layar. Harus diselesaikan. Waktu terbatas. Saya berpikir, harus selesai dulu dengan diri sendiri. Tak boleh panik, agar segala potensi yang dimiliki bisa keluar. Nafas diatur dengan baik. Satu per satu, soal dibaca dengan teliti. Waktu diukur sedemikian rupa. Ah, banyak jawaban yang nyaris persis. Butuh analisa yang tajam dan penguasaan materi yang mendalam. Yang ragu-ragu, jawab dulu dan tandai kuning. Setelah semua usai, periksa kembali. Dan, alhamdulillah, seratus dua puluh soal diselesaikan dengan baik dalam waktu yang tepat. UP telah usai.
Perjuangan usai? Oh, ternyata belum. Ada pengumuman dari LPTK, harus mengunggah bukti kinerja selam enam tahun terakhir, dalam dua hari. Pikiran langsung melayang, menari-nari kesana dan kemari. Menuju lokasi penyimpanan dokumen, dari mulai SKBM, perencanaan pembelajaran, pengembangan materi, bahan ajar, media pembelajaran, prestasi, sertifikat pencarian informasi baru dan seterusnya. Seluruh dokumen sekitar dua ribu halaman discan, lalu diunggah. Sempurna. Semua sudah diunggah.
Pengumuman tak kunjung datang. Waktu terasa begitu lambat. Hingga akhirnya, di sebuah klinik dokter anak, Hp saya terus bergetar. Wow, chat whatsapp dan telegram penuh. Saya buka satu per satu. Teman-teman banyak yang meluapkan kegemberiaannya karena dinyatakan lulus UKMPPG. Saya tertegun sementara. Perasaan campur aduk. Dada berdebar tak menentu. Kepanikan karena anak sakit belum bisa dikendalikan, kini harus menerima hasil perjuangan yang ditunggu-tunggu. Alhamdulillaaah, lulus UKMPPG. Perasaan macam apa ini. Bahagia dan haru tercampur dengan sempurna. Rekaman perjuangan selama empat bulan terakhir terekam jelas dalam pikiran.
Melihat berbagai perjuangan yang dilakukan, ada yang membuat pelesetan, bahwa PPG merupakan program penyiksaan guru. Tapi tidak bagi saya, PPG merupakan salah satu wahana yang baik untuk betul-betul meningkatkan kapasitas kita sebagai guru. Setidaknya, kesadaran ini hadir setelah mengikuti kegiatan pengukuhan guru profesional oleh LPTK.
Alhamdulillah, tahapan ini telah usai dilewati. Terimakasih yang tak terhingga untuk seluruh pihak yang telah mendukung. Keluarga yang telah merestui. Pihak LPTK yang telah memfasilitasi dengan berbagai kemudahan. Kolega di SMPN 1 Cimerak. Teman-teman seperjuangan peserta PPG, khususnya kelas PAI 4, kita luar biasa. Bagi yang belum lulus tahun ini, semoga diberi kemudahan dalam mengikuti retaker.
MashaAllah..., super sekali pa ketua👍👍👍
BalasHapusTerimakasih, tulisan ini hanya sekadar membagi dan mengabadikan pengalaman, semoga bermanfa'at...
HapusAlhamdulillah... Kita ditakdirkan lulus...
BalasHapusAlhamdulillah, semoga berkah ya...
HapusSelamat sudah lulus
Selesai membaca, jadi terharu dan agak meringis dengan padat jadwalnya...
BalasHapusSaya yakin bobot soalnya juga bukan main2 ya Pak?
Iya, lumayan padat. Tapi selama dijalani dengan kesungguhan dan keikhlasan, insya Allah berjalan lancar. Semangat...
HapusSubhanallah... Ternyata ada yg sampai seperti ini, sy yg sakit beberapa hari krna selesai vaksin kemarin sj hampir putus asa saat mendekati UKIN, krna harus di bantu dengan alat bantu pernapasan,njenengan luar biasa pak,semoga ilmu yang kita dapatkan barokah dan bermanfaat
BalasHapusSelamat, Bu. Sudah lulus. Semua proses terasa indah, setelah dilalui dengan maksimal.
Hapus